JACXLYN.com
Rabu, 11 Mei 2011
Minggu, 01 Mei 2011
Minggu, 24 April 2011
BUDIDAYA ARTEMIA UNTUK PAKAN ALAMI IKAN
BUDIDAYA ARTEMIA UNTUK PAKAN ALAMI IKAN
1.1.
Latar Belakang
Artemia merupakan salah satu makanan hidup yang sampai saat ini paling banyak digunakan dalam usaha budidaya udang, khususnya dalam pengelolaan pembenihan. Sebagai makanan hidup, Artemia tidak hanya dapat digunakan dalam bentuk nauplius, tetapi juga dalam bentuk dewasanya. Bahkan jika dibandingkan dengan naupliusnya, nilai nutrisi Artemia dewasa mempunyai keunggulan, yakni kandungan proteinnya meningkat dari rata-rata 47 % pada nauplius menjadi 60 % pada Artemia dewasa yang telah dikeringkan. Selain itu kualitas protein Artemia dewasa juga meningkat, karena lebih kaya akan asam-asam amino essensial. Demikian pula jika dibandingkan dengan makanan udang lainnya, keunggulan Artemia dewasa tidak hanya pada nilai nutrisinya, tetapi juga karena mempunyai kerangka luar (eksoskeleton) yang sanga tipis,sehingga dapat dicerna seluruhnya oleh hewan pemangsa. Melihat keunggulan nutrisi Artemia dewasa dibandingkan dengan naupliusnya dan juga jenis makanan lainnya, maka Artemia dewasa merupakan makanan udang yang sangat baikjika digunakan sebagai makanan hidup maupun sumber protein utama makanan buatan. Untuk itulah kultur massal Artemia memegang peranan sangat penting dan dapat dijadikan usaha industri tersendiri dalam kaitannya dengan suplai makanan hidup maupun bahan dasar utama makanan buatan. Untuk dapat diperoleh biomassa Artemia dalam jumlah cukup banyak, harus dilakukan kultur terlebih dahulu. Produksi biomassa Artemia dapat dilakukan secara ekstensif pada tambak bersalinitas cukup tinggi yang sekaligus memproduksi Cyst (kista) dan dapat dilakukan secara terkendali pada bak-bak dalam kultur massal ini. (Ir. Sri Umiyati Sumeru )
Pernah ditemukan kista tertua oleh suatu prusahaan pemboran yang bekerja disekitar Danau “ Salt Great “. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10.000 tahunb ( berdasarkan metode carbon dating ). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebutvmasih bias menetas walaupun usianya 10.000 tahun .( Anonymous, 2008
Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam bentuk kista untuk waktu
yang lama
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper mudah dalam penyedian
pakannya.
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi. .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%.
(f)
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi. .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%.
(f)
Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang memakai pakan alami Artaemia dalam pemberian pakan. Artemia sangat mudah untuk ditetaskan menjadi larva sampai dewasa, tapi harga artemia sangat mahal bagi pembudidaya ikan maupun udang. Biasanya artemia diberikan pada ikan pada saat ikan berumur 12-30 hari. Menurut INVE Aquaculture Belgia Artemia mengandung 56% protein yang biasanya pada udang diberikan pada PL5 dan PL25. ( Anonymous, 2008 )
Gambar 1.1 Artemi salina
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses reproduksi Artemia dari berbentuk kista sampai dewasa. Selain itu juga sebagai bahan informasi bagi para pembudidaya ikan dan udang untuk mengetahui pakan alami yang baik diberikan untuk ikan maupun udang yang akan dibudidayakan. Bagi para mahasiswa agar mengetahui apa itu Artemia dan bagaimana proses reproduksinya dari mulai kista sampa dewasa
TINJAUAN PUSTAKA
Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang sangat diperlukan dalam kegiatan pembenihan udang dan ikan. Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama.
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas
lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper
mudah dalam penyedian pakannya
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat
penebaran tinggi .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan
protein 40 – 60%
bentuk kista untuk waktu yang lama.
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas
lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper
mudah dalam penyedian pakannya
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat
penebaran tinggi .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan
protein 40 – 60%
(b) Proses reproduksi dari Artemia
(c) Siklus hidup Artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menyelesaikan perkembanganya kemudian berubah menjadi naupli yang akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli aka berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organic lainya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia dalam air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam kurun waktu. 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun
(d) demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase naupli.
(e) .Gambar 1.2 siklus hidup Artemia
Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungnya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam. Artemia dewasa toleran terhadap selang -18 derajat hingga 40 derajat.. sedangkan temperature optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan adalah 25-30oC. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum akhirnya mati. Variable lain yang penting adalah pH, cahaya, dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi perumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Artemia dengan supply oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae.pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia akan tumbuh dah beranak-pinak dengan cepat. Sehingga supply Artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung bahan organic, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista. ( Anonymous, 2008 ).
PEMBAHASAN
1.1. Desain dan konstruksi Tambak
Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air laut dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibuat dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat aliran air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat sampai dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa kanal keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibuat dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai tempat belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah kegiatan produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Dijen Perikanan, 2003 )
1.2. Pengelolaan Budidaya
Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran
pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya digunakan nauplii instar I, karena instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran
PEMBAHASAN
1.1. Desain dan konstruksi Tambak
Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air laut dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibuat dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat aliran air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat sampai dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa kanal keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibuat dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai tempat belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah kegiatan produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Dijen Perikanan, 2003 )
1.2. Pengelolaan Budidaya
Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran
pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya digunakan nauplii instar I, karena instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan dari makalah yang kami susun ini yaitu bahwa budidaya Artemia dikalangan para pembudidaya harus ditingkatkan lagi sebab permintaan akan Artemia sangat tinggi. Budidaya Artemia hanya bisa dilaksanakan pada lahan yang mengandung kadar garam yang tinggi antara 30-35 ppt selain itu juga pH, cahaya, dan oksigen antara 8-9. Budidaya Artemia harus dilaksanakan secara intensif.
Saran
Dalam malakukan budidaya artemia harus secra intensif dan harus memperhatikan prosedur budidaya. Semoga makalah ini bermnafaat dan bisa diterapkan oleh pembudidaya Artemia.
BUDIDAYA IKAN PATIN
1. Pengertian Ikan Patin (Pangasius sp)
Ikan patin atau dalam bahasa latinnya disebut pangasius hipothalmus merupakan ikan konsumsi budi daya ikan air tawar unggulan. Keunggulan ikan patin, dagingnya gurih, mengandung banyak lemak, dan tidak banyak duri. Harganya yang stabil dan cukup tinggi membuat usaha budidaya ikan patin ini menjanjikan keuntungan.
Salah seorang yang menggeluti usaha budidaya ikan patin adalah Yayan Suryana, di kolam ikannya dikawasan Lembur Situ, Sukabumi, Jawa Barat. Perjalanan menuju lokasi budidaya ikan patin di Lembur Situ, dapat ditempuh dengan mobil selama setengah jam dari kota Sukabumi. Mengambil arah ke selatan, tepatnya berada dikawasan Jalan Pelabuhan.
Dilahan seluas satu hektar inilah Yayan Suryana membudidayakan ikan patin. Budidaya dilakukan di kolam air deras, berukuran tiga kali tiga meter persegi. Sumber airnya dari sungai yang dialirkan ke setiap kolam. Air dari kolam kemudian dialirkan kembali ke sungai. Budidaya ikan patin tergolong sulit.
Proses pembenihannya memerlukan pengetahuan tersendiri. Sehingga tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan induk ikan patin jantan dan betina sehingga menghasilkan anakan yang berkualitas baik. Untuk menghasilkan anakan ikan patin dilakukan proses pembenihan di kolam yang disebut bak hatchery. Dibak ini dipasang aerator sehingga pasokan oksigen terjaga.
Proses pembenihan dilakukan dengan menginduksi induk jantan dan betina dengan horman perangsang pembuahan. Telur yang dihasilkan indukan betina dicampur dengan benih dari indukan jantan di bak penampungan selama 18 hingga 20 jam. Telur akan menetas dan berubah menjadi larva. saat masih anakan, diberi makanan cacing sutra dan artemia.
Setiap bulannya, dari tempat ini dapat dihasilkan anakan ikan patin berukuran satu hingga tiga inchi sebanyak dua ratus ribu ekor.Anakan ikan patin umumnya telah dipesan pembeli sebelum proses pemijahan.
Untuk anakan berukuran satu inchi, dihargai antara delapan puluh hingga seratus rupiah per ekor. Setelah berusia satu hingga tiga minggu, anak ikan patin dipindahkan ke kolam pembesaran. Yang perlu diperhatikan dalam memelihara ikan patin adalah menjaga kualitas air kolam.
Selain itu, memberikan pakan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Takaran makanan yang diberikan, seperlima berat badan ikan. Ikan patin yang dibesarkan dikolam dipanen setelah berusia tiga hingga empat bulan. Permintaan paling banyak untuk ikan patin yang memiliki berat antara setengah kilogram hingga satu kilogram. Harganya berkisar antara sepuluh ribu hingga lima belas ribu rupiah per kilogram.
PEMELIHARAAN IKAN PATIN
Ikan patin merupakan ikan konsumsi yang sudah banyak dibudidayakan, dikarenakan tingkat perkembangabiakan dialam hanya bisa bertahan sekitar 5% saja, padahal ikan ini termasuk ikan yang lumayan enak,gurih. Pengemar ikan patin ini terutama orang Palembang atau bisa dikatakan sekitar pulau Sumatra.
Cara pembudidayaan ikan patin dengan cara menyuntik indukan perempuan, biasanya saya menggunakan obat ACG untuk merangsang dari telur itu, setelah itu diamkan sekitar 1-3 hari,jika indukan terlihat masih gendut atau positif ada telurnya maka
kita suntik lagi dengan ovaprim, telur bisa dispirit sekitar 14jam setelah suntikan ovaprim.
Setelah 14 jam kita urut perut indukan, keluarkan semua telur sampai benar-benar habis, tetapi sebelum mengeluarkan telur sediakan indukan laki-laki untuk pembuahan, setelah telur dikeluarkan dan ditaruh kedalam wadah lalu urut indukan laki-laki sampai keluar spermanya, kira-kira sudah cukup, aduk telur dan sperma menggunaka bulua ayam agar telur tidak pecah.
Setelah kira-kira sudah tercampur rata, maka telur bisa ditetaskan di akuarium,fiber atau yang lebih mudah di dalam corong penetasan, PH air harus 8. Telur akan menetas sekitar 24 jam setelah penebaran didalam wadah penetasan, ketikan sudah telihat bergerak pisah kan ke wadah yang baru.
PEMELIHARAAN LARVA IKAN PATIN sampai 3/4 inch
Ikan patin memiliki cadangan makanan untuk persediaan sekitar 1hari, setelah itu kita harus memberi makan, pakan larva biasanya menggunakan artemia, artemia tidak bisa langsung diberikan karena artemia tersebut masih berbentuk crystal, kita harus memetaskannya dahulu didalam air asin, setelah menetas baru kita bisa berikan untuk pakan.
Pemberian pakan larva ikan patin biasanya sekitar 3jam sekali, karna kita tidak bisa sekaligus berikan banyak didalah wadah larva karna larva kita menggunakan air tawar sedangkan artemia menggunakan air asin, kita harus rutin memberikannya maximal 3jam sekali.
Setelah kita berikan artemia selama 5hari kita harus sudah ganti pakan karena, harga artemia cukup mahal. Kita mengganti pakannya menggunakan cacing rambut, tetapi tidak langsung menggantinya begitu saja karna harus ada penyesuaian, pergantian pakan harus hati-hati karna jika tidak ikan bisa mati, cacing rambutnya sebelumnya harus dihaluskan menggunakan blender lalu cuci bersih menggunakan saringan.
Pergantian cacing membuat ikan kurang normal, tapi akan normal kembali setelah 1hari. Pakan cacing yang dihaluskan kita berikan selama 10hari, setelah 10hari ikan sudah agak besar sehingga kita tidak harus menghaluskannya tapi cukup mengaramkan cacing sampai mati, cuci bersih lalu berikan. Ketika ikan sudah mencapai ukuran ¾ inch, kita harus ganti pakan lagi menggunakan pellet ikan untuk siap dipindahkan kedalam kolam yang lebih besar.
AERATOR , OKSIGEN TERCUKUPI
Siklus sirkulasi air kolam yaitu pertama air dari kolam masuk ke dalam filter setelah melalui proses filterisasi menjadi air bersih dialirkan kembali ke dalam kolam.
Air bersih yang kembali ke kolam dapat melalui pipa langsung pancuran ke kolam atau bisa dibuat lebih indah seperti air terjun mini (tentunya disesuaikan dengan keinginan si empunya kolam) yang menimbulkan gelembung udara berisi suplai tambahan oksigen. Walaupun sebenarnya didalam air kandungan oksigen itu sudah ada.
Agar asupan oksigen lebih mencukupi lagi, sebaiknya ditempatkan Aerator yang fungsinya sebagai penambah kandungan oksigen (mesin pembuat gelembungan udara / air kata orang awam). Penempatan selang aerator gelembung udara lebih tepat guna diletakan di bawah air terjun/pancuran sehingga menimbulkan gelembung-gelembung tambahan yang lebih banyak lagi, namun tidaklah menjadi halangan apabila penempatan selang aerator diletakan di sisi kolam berbeda.
Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor terutama mutu induk, manajemen induk dan kualitas air.
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah mutu induk. Dalam mendapatkan induk, harus diperhatikan asal usul induk, jangan sampai terjadi inbreeding (perkawinan antar saudara) karena akan menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Induk yang mendapatkan pakan berkualitas akan menghasilkan telur yang berukuran relatif besar, kuat dan daya tetas tinggi. Ukuran besarnya telur sebanding dengan besar larva. Telur yang bermutu baik menghasilkan larva yang lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.
Pada tahap pemeliharaan larva harus diperhatikan titik-titik kritis pemeliharaan larva yang terjadi pada waktu
■ PENETASAN
Telur-telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas akan membusuk dan merusak kualitas air. Karena itu cangkang dan telur yang tidak menetas harus segera dibuang keluar tanpa mengganggu larva.
■ HABISNYA KUNING TELUR
Pada saat ini larva memerlukan makanan dari luar. Dia akan memakan apapun yang ada di depannya, termasuk temannya sendiri. Solusinya adalah segera diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan harus bergerak karena mata larva belum sempurna dan larva hanya mengangakan (membuka) mulutnya saja.
■ LARVA PATIN YANG BARU MENETAS AKAN BERGERAK
vertikal ke atas dan ke bawah. Kondisi kritis
terjadi pada saat larva bergerak horisontal. Ini merupakan tanda-tanda muai habisnya kuning telur. Pada saat larva mulai bergerak secara horisontal, pakan hidup harus segera diberikan.
■ PERUBAHAN JENIS PAKAN
Larva harus diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Sehingga energi yang dihasilkan dari makanan lebih besar daripada energi dikeluarkan untuk membuka mulut. Karena itu, ukuran dan jenis makanan yang diberikan secara bertahap harus disesuaikan. Saat pengggantian jenis pakan ini seringkali terjadi banyak kematian karena tidak semua ikan dapat segera menyesuaikan diri, akibatnya ukuran ikan jadi tidak seragam. ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah dalam perebutan makanan.
Yang harus dilakukan dalam masalah ini adalah penggantian pakan dilakukan secara overlap (tumpang tindih). Yakni pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan baru tersebut. Setelah ikan yang mudah menyesuaikan diri kenyang, diberikan pakan lama untuk yang belum bisa makan pakan pengganti. Hal tersebut dilakukan selama beberapa hari hingga semua ikan bisa mengkonsumsi pakan pengganti.
Pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan system alat pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Pada saat pemeliharaan larva, pakan diberikan paling sedikit 6 kali dalam sehari semalam. Selepas dari tahap larva, pemeliharaan benih biasanya tidak terlalu banyak kendala.
Ikan patin atau dalam bahasa latinnya disebut pangasius hipothalmus merupakan ikan konsumsi budi daya ikan air tawar unggulan. Keunggulan ikan patin, dagingnya gurih, mengandung banyak lemak, dan tidak banyak duri. Harganya yang stabil dan cukup tinggi membuat usaha budidaya ikan patin ini menjanjikan keuntungan.
Salah seorang yang menggeluti usaha budidaya ikan patin adalah Yayan Suryana, di kolam ikannya dikawasan Lembur Situ, Sukabumi, Jawa Barat. Perjalanan menuju lokasi budidaya ikan patin di Lembur Situ, dapat ditempuh dengan mobil selama setengah jam dari kota Sukabumi. Mengambil arah ke selatan, tepatnya berada dikawasan Jalan Pelabuhan.
Dilahan seluas satu hektar inilah Yayan Suryana membudidayakan ikan patin. Budidaya dilakukan di kolam air deras, berukuran tiga kali tiga meter persegi. Sumber airnya dari sungai yang dialirkan ke setiap kolam. Air dari kolam kemudian dialirkan kembali ke sungai. Budidaya ikan patin tergolong sulit.
Proses pembenihannya memerlukan pengetahuan tersendiri. Sehingga tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan induk ikan patin jantan dan betina sehingga menghasilkan anakan yang berkualitas baik. Untuk menghasilkan anakan ikan patin dilakukan proses pembenihan di kolam yang disebut bak hatchery. Dibak ini dipasang aerator sehingga pasokan oksigen terjaga.
Proses pembenihan dilakukan dengan menginduksi induk jantan dan betina dengan horman perangsang pembuahan. Telur yang dihasilkan indukan betina dicampur dengan benih dari indukan jantan di bak penampungan selama 18 hingga 20 jam. Telur akan menetas dan berubah menjadi larva. saat masih anakan, diberi makanan cacing sutra dan artemia.
Setiap bulannya, dari tempat ini dapat dihasilkan anakan ikan patin berukuran satu hingga tiga inchi sebanyak dua ratus ribu ekor.Anakan ikan patin umumnya telah dipesan pembeli sebelum proses pemijahan.
Untuk anakan berukuran satu inchi, dihargai antara delapan puluh hingga seratus rupiah per ekor. Setelah berusia satu hingga tiga minggu, anak ikan patin dipindahkan ke kolam pembesaran. Yang perlu diperhatikan dalam memelihara ikan patin adalah menjaga kualitas air kolam.
Selain itu, memberikan pakan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Takaran makanan yang diberikan, seperlima berat badan ikan. Ikan patin yang dibesarkan dikolam dipanen setelah berusia tiga hingga empat bulan. Permintaan paling banyak untuk ikan patin yang memiliki berat antara setengah kilogram hingga satu kilogram. Harganya berkisar antara sepuluh ribu hingga lima belas ribu rupiah per kilogram.
PEMELIHARAAN IKAN PATIN
Ikan patin merupakan ikan konsumsi yang sudah banyak dibudidayakan, dikarenakan tingkat perkembangabiakan dialam hanya bisa bertahan sekitar 5% saja, padahal ikan ini termasuk ikan yang lumayan enak,gurih. Pengemar ikan patin ini terutama orang Palembang atau bisa dikatakan sekitar pulau Sumatra.
Cara pembudidayaan ikan patin dengan cara menyuntik indukan perempuan, biasanya saya menggunakan obat ACG untuk merangsang dari telur itu, setelah itu diamkan sekitar 1-3 hari,jika indukan terlihat masih gendut atau positif ada telurnya maka
kita suntik lagi dengan ovaprim, telur bisa dispirit sekitar 14jam setelah suntikan ovaprim.
Setelah 14 jam kita urut perut indukan, keluarkan semua telur sampai benar-benar habis, tetapi sebelum mengeluarkan telur sediakan indukan laki-laki untuk pembuahan, setelah telur dikeluarkan dan ditaruh kedalam wadah lalu urut indukan laki-laki sampai keluar spermanya, kira-kira sudah cukup, aduk telur dan sperma menggunaka bulua ayam agar telur tidak pecah.
Setelah kira-kira sudah tercampur rata, maka telur bisa ditetaskan di akuarium,fiber atau yang lebih mudah di dalam corong penetasan, PH air harus 8. Telur akan menetas sekitar 24 jam setelah penebaran didalam wadah penetasan, ketikan sudah telihat bergerak pisah kan ke wadah yang baru.
PEMELIHARAAN LARVA IKAN PATIN sampai 3/4 inch
Ikan patin memiliki cadangan makanan untuk persediaan sekitar 1hari, setelah itu kita harus memberi makan, pakan larva biasanya menggunakan artemia, artemia tidak bisa langsung diberikan karena artemia tersebut masih berbentuk crystal, kita harus memetaskannya dahulu didalam air asin, setelah menetas baru kita bisa berikan untuk pakan.
Pemberian pakan larva ikan patin biasanya sekitar 3jam sekali, karna kita tidak bisa sekaligus berikan banyak didalah wadah larva karna larva kita menggunakan air tawar sedangkan artemia menggunakan air asin, kita harus rutin memberikannya maximal 3jam sekali.
Setelah kita berikan artemia selama 5hari kita harus sudah ganti pakan karena, harga artemia cukup mahal. Kita mengganti pakannya menggunakan cacing rambut, tetapi tidak langsung menggantinya begitu saja karna harus ada penyesuaian, pergantian pakan harus hati-hati karna jika tidak ikan bisa mati, cacing rambutnya sebelumnya harus dihaluskan menggunakan blender lalu cuci bersih menggunakan saringan.
Pergantian cacing membuat ikan kurang normal, tapi akan normal kembali setelah 1hari. Pakan cacing yang dihaluskan kita berikan selama 10hari, setelah 10hari ikan sudah agak besar sehingga kita tidak harus menghaluskannya tapi cukup mengaramkan cacing sampai mati, cuci bersih lalu berikan. Ketika ikan sudah mencapai ukuran ¾ inch, kita harus ganti pakan lagi menggunakan pellet ikan untuk siap dipindahkan kedalam kolam yang lebih besar.
AERATOR , OKSIGEN TERCUKUPI
Siklus sirkulasi air kolam yaitu pertama air dari kolam masuk ke dalam filter setelah melalui proses filterisasi menjadi air bersih dialirkan kembali ke dalam kolam.
Air bersih yang kembali ke kolam dapat melalui pipa langsung pancuran ke kolam atau bisa dibuat lebih indah seperti air terjun mini (tentunya disesuaikan dengan keinginan si empunya kolam) yang menimbulkan gelembung udara berisi suplai tambahan oksigen. Walaupun sebenarnya didalam air kandungan oksigen itu sudah ada.
Agar asupan oksigen lebih mencukupi lagi, sebaiknya ditempatkan Aerator yang fungsinya sebagai penambah kandungan oksigen (mesin pembuat gelembungan udara / air kata orang awam). Penempatan selang aerator gelembung udara lebih tepat guna diletakan di bawah air terjun/pancuran sehingga menimbulkan gelembung-gelembung tambahan yang lebih banyak lagi, namun tidaklah menjadi halangan apabila penempatan selang aerator diletakan di sisi kolam berbeda.
Keberhasilan usaha pembenihan ditentukan oleh beberapa faktor terutama mutu induk, manajemen induk dan kualitas air.
Pertama kali yang harus diperhatikan adalah mutu induk. Dalam mendapatkan induk, harus diperhatikan asal usul induk, jangan sampai terjadi inbreeding (perkawinan antar saudara) karena akan menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Induk yang mendapatkan pakan berkualitas akan menghasilkan telur yang berukuran relatif besar, kuat dan daya tetas tinggi. Ukuran besarnya telur sebanding dengan besar larva. Telur yang bermutu baik menghasilkan larva yang lebih kuat dan tahan terhadap penyakit.
Pada tahap pemeliharaan larva harus diperhatikan titik-titik kritis pemeliharaan larva yang terjadi pada waktu
■ PENETASAN
Telur-telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas akan membusuk dan merusak kualitas air. Karena itu cangkang dan telur yang tidak menetas harus segera dibuang keluar tanpa mengganggu larva.
■ HABISNYA KUNING TELUR
Pada saat ini larva memerlukan makanan dari luar. Dia akan memakan apapun yang ada di depannya, termasuk temannya sendiri. Solusinya adalah segera diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan harus bergerak karena mata larva belum sempurna dan larva hanya mengangakan (membuka) mulutnya saja.
■ LARVA PATIN YANG BARU MENETAS AKAN BERGERAK
vertikal ke atas dan ke bawah. Kondisi kritis
terjadi pada saat larva bergerak horisontal. Ini merupakan tanda-tanda muai habisnya kuning telur. Pada saat larva mulai bergerak secara horisontal, pakan hidup harus segera diberikan.
■ PERUBAHAN JENIS PAKAN
Larva harus diberi makan yang sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Sehingga energi yang dihasilkan dari makanan lebih besar daripada energi dikeluarkan untuk membuka mulut. Karena itu, ukuran dan jenis makanan yang diberikan secara bertahap harus disesuaikan. Saat pengggantian jenis pakan ini seringkali terjadi banyak kematian karena tidak semua ikan dapat segera menyesuaikan diri, akibatnya ukuran ikan jadi tidak seragam. ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah dalam perebutan makanan.
Yang harus dilakukan dalam masalah ini adalah penggantian pakan dilakukan secara overlap (tumpang tindih). Yakni pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan baru tersebut. Setelah ikan yang mudah menyesuaikan diri kenyang, diberikan pakan lama untuk yang belum bisa makan pakan pengganti. Hal tersebut dilakukan selama beberapa hari hingga semua ikan bisa mengkonsumsi pakan pengganti.
Pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan system alat pencernaannya yang belum sempurna. Pakan diberikan sedikit demi sedikit tapi sering. Pada saat pemeliharaan larva, pakan diberikan paling sedikit 6 kali dalam sehari semalam. Selepas dari tahap larva, pemeliharaan benih biasanya tidak terlalu banyak kendala.
Langganan:
Postingan (Atom)